Mendikbud : Pendidikan, Agen Pengembangan Kultur
Sabtu, 16 Maret 2013
0
komentar
Jakarta
--- Kultur membaca bagi sebagian orang telah ditanamkan sejak dini
sehingga menjadi sebuah kebutuhan. Namun di beberapa daerah, membaca
belum menjadi kebutuhan yang biasa dilakukan. Bagaimana Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) mengantisipasi perbedaan kultur di
setiap daerah melalui kurikulum 2013?
Inilah salah satu pertanyaan yang muncul saat
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh berdialog dengan Majelis
Pendidikan Kristen se-Indonesia di SMA BPK Penabur Jakarta, Jumat
(15/3).
Diakui oleh Mendikbud, perbedaan kultur memang ada
di setiap wilayah Indonesia. Untuk itu perlu dipahami, apakah kultur
yang telah ada saat ini perlu diikuti atau perlu dikembangkan. Apabila
kultur positif telah ada sebelumnya, maka perlu dipertahankan. “Tapi
jika ada kultur yang kurang baik, pendidikan yang menjadi agen untuk
perubahan,” tutur mantan Rektor ITS ini dihadapan 300 peserta dialog.
Salah satu contoh kultur lain yang diungkapkan
Mendikbud yang sering terjadi dalam masyarakat adalah kewajiban orang
tua menikahkan anak perempuannya saat Ia telah menginjak usia 17 tahun
atau setelah lulus pendidikan menengah atas. Ada kekhawatiran bagi orang
tua yang masih mengikuti budaya tersebut, bahwa jika anak perempuannya
tidak segera menikah, maka akan dicap “tidak laku”.
Seiring pesatnya dunia pendidikan menjangkau
pelosok negeri, kultur tersebut mulai terkikis. Karena orang tua mulai
mengubah pandangannya tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya
baik laki-laki maupun perempuan. “Dulu kan seperti itu, sekarang kan
tidak lagi,” katanya.
Kurikulum 2013 dirancang untuk mengembangkan pola
pikir siswa agar tidak terpaku dalam satu ketentuan saja. Siswa diajak
kreatif dengan melakukan observasi, bertanya, mencoba, memaparkan, dan
membuat jejaring. Sehingga untuk urusan kultur pun, mereka tidak melulu
mengikuti, tapi bisa mengembangkan kulturnya ke arah yang lebih baik.
Perbaikan kultur, kata Mendikbud, tidak boleh
dilakukan secara dramatis. Tidak boleh menggunakan pendekatan politik
atau non akademik. Harus pendekatan kultur juga, salah satunya adalah
kultur pendidikan. (AR)
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Mendikbud : Pendidikan, Agen Pengembangan Kultur
Ditulis oleh ictcentersmkalor
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://ictcentersmkalor.blogspot.com/2013/03/mendikbud-pendidikan-agen-pengembangan.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.Ditulis oleh ictcentersmkalor
Rating Blog 5 dari 5
0 komentar:
Posting Komentar